Agama (Beragama) Bukan untuk Menciptakan Kesukaran

Motto:
Dia (Tuhan) telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan kesukaran (kesulitan) untukmu dalam agama. Q.S. 22:78.

Aku (Nabi Muhammad SAW) diutus untuk menyampaikan aqidah tauhid yang lurus dan perilaku yang toleransi.

Pelaksanaan Idul Kurban tahun ini 1432H/2011M dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, diapit oleh dua hari bersejarah yang selalu dikenang oleh bangsa Indonesia yaitu 28 Oktober merupakan hari Sumpah Pemuda dan 10 November sebagai hari Pahlawan.

28 Oktober 1928 adalah hari bulan diproklamasikannya tekad dan kemauan untuk bersatu oleh kaum pemuda demi terwujudnya satu negara, bangsa, dan bahasa Indonesia. Sehingga dengan tekad dan kemauan yang menggumpal sebagai sumpah tersebut, menjadi semakin bulat dan kuat semangat menuju pencapaian proklamasi kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman penjajah bangsa asing.

Sedangkan 10 Novemver di kenang sebagai hari Pahlawan, merupakan peringatan terhadap peristiwa penting sejarah kemerdekaan Indonesia. Dihari bula tersebut tahun 1945, berlangsung peperangan dahsyat antara pemuda Surabaya dan tentara koalisi (sekutu) yang bertujuan menduduki kembali Indonesia melalui Surabaya, Jawa Timur. Sekalipun peperangan terjadi di Surabaya, namun hari bulan tersebut dijadikan simbol perlawanan Nasional bangsa Indonesia terhadap penjajahan. Dan ditetapkan sebagai hari pahlawan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia karena banyaknya korban jiwa sebagai pahlawan dalam peperangan tersebut.

Hari ini 6 November, kita menyambut Idul Kurban/Idul Adha. Bersamaan dengan pelaksanaan shalat Idul Adha, peritiwa kisa suci tentang Nabi Ibrahim menyembelih putra kesayangannya selalu diperingati oleh kaum muslimin, dengan menyembelih binatang kurban, baik oleh mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji maupun oleh mereka yang tidak pergi melaksanakannya.

Menyembelih binatang kurban, begitu juga berpakaian ihram dalam pelaksanaan haji dan sejenak wukuf di padang Arafah, semuanya adalah pelaksanaan ritual simbolik. Semuanya terpulang kepada pelakunya, seberapa jauh dan dalam, seseorang pelaku ritual itu memaknai dan mengambil hikmah daripadanya.

Yang mesti semua pesan ritual simbolik yang dilaksanakan sebagai bentuk ibadah, harus kita hayati secara mendalam dan subtantif, yaitu pesan moralitas dan spiritual sebagai tujuan ibadah yang kita laksanakan. Agar dalam keseharian, ibadah kita tidak menimbulkan paradoksi, antara kecenderungan keberagaman yang ditandai oleh semakin semaraknya ritual keagamaan yang ditandai oleh semakin semaraknya ritual keagamaan. Sedang disisi lain pesan moral daripadanya, yang dipesankan oleh agama kehilangan sendi-sendi kesalehan sosialnya.

Karenanya, menyenyawakan antara kehidupan beragama dan kehidupan bermasyarakat, menjadi suatu keharusan dalam kehidupan keseharian.

Agama dalam definisi sederhana adalah aturan atau tatacara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Sedangkan masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi, menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Karenanya, pelaksanaan berbagai ritual yang simbolis itu harus dapat melatih diri pelakunya, menjadi semakin berkemampuan mewujudkan interaksi positif dalam kesatuan hidup sesama umat manusia dan lingkungannya dan yang semakin berkualitas. Menjadikan dirinya lebih berguna dan bermanfaat bagi setiap umat manusia. Wujud nyata dari keberagaman yang benar adalah kemampuan berbuat baik bagi sesama manusia, dan itu pula suatu bukti kebenaran iman seseorang kepada Tuhannya.

Mari kita telaah lebih mendalam tentang kurban itu. Mengapa kita dituntut untuk memiliki semangat berkurban yang setinggi-tingginya. Mengapa kita diperintahkan untuk mencontoh Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, dan mempelajari semangat pengorbanan mereka.

Kurban adalah perkataan Arab, yang artinya adalah ”pendekatan”, yaitu pendekatan kepada Tuhan. Maka, melakukan kurban adalah melakukan sesuatu yang mendekatkan diri kepada Tuhan yakni mendekatkan diri kita kepada tujuan hidup. Sebab, kita berasal dari Tuhan dan kembali kepada-Nya.

Tindakan berkurban adalah tindakan yang disertai pandangan jauh kedepan yang menunjukkan bahwa kita tidak mudah tertipu oleh kesenangan sesaat, kesenangan sementara, kemudian melupakan kebahagiaan abadi, kebahagiaan selama-lamanya.

Oleh karena itu, makna berkurban ialah bahwa dalam hidup kita melihat jauh kemasa depan dan tidak boleh terkecoh oleh masa kini yang sedang kita alami, bahwa kita tabah dan sabar menanggung segala beban yang berat dalam hidup kita saat sekarang. Sebab, kita tahu dan yakin bahwa dibelakang hari kita akan memperoleh hasil dari usaha, perjuangan, dan jerih payah kita.

Maka kita maknai, berkurban ialah, bahwa kita sanggup menunda kenikamtan kecil dan sesaat demi mencapai kebahagiaan yang lebih besar dan kekal. Kita bersedia bersusah payah karena dengan hanya susah payah suatu tujuan tercapai, dan cita-cita terlaksana. Semangat berkurban adalah konsekuensi iman dan takwa kepada Allah. Sebab, takwa itu jika dijalankan dengan ketulusan dan kesungguhan akan membuat kita berkemampuan melihat jauh kedepan, mampu menginsyafi akibat-akibat perbuatan saat ini di kemudian hari, kemudian menyongsong masa mendatang dengan penuh harapan.

Sumber: Majalah Al-Zaytun Edisi 59-2012 Kolom : Horison hal : 28

Report this ad

Sampingan 23 NOV

Pendeta Dr. SM Siahaan: Betul-Betul Bersaudara]

Mahad Al-Zaytun Indonesia] – Sementara itu, Pendeta Dr. SM Siahaan, mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologi HKBP Nomensen, Pematang Siantar dan mantan Sekjen HKBP juga memberi sambutan cukup singkat tapi padat. Mengawali, pertama kali menginjakkan kaki di Al-Zaytun, mengaku dirinya merasa takut karena ditakuti oleh adanya pandangan lama yang mengatakan bahwa cara berhadapan dengan muslim itu harus begini, harus begitu. ”Tapi sewaktu saya bertemu Syaykh dan dibawa ke Masjid Rahmatan lil ‘Alamin serta diminta berdoa, saya merasakan hal luar biasa,” katanya.

Bahkan ketika kemudian diminta mengajar bahasa Ibrani di Al-Zaytun, dirinya mengaku sempat berpikir bagaimana dia bisa mengajar di sana. Tapi setelah menjalaninya, dia mengaku terus terang bahwa Al-Zaytun-lah lembaga yang pernah dia ajar bahasa Ibrani, yang terpandai di seluruh dunia. Alasannya bukan dibuat-buat. ”Kalau saya dulu misalnya mengajar bahasa Ibrani di Universitas Nomensen, pelajaran itu hanya berakhir di kelas saja. Tapi di Al-Zaytun, setelah diajarkan di ruang kelas, bahasa Ibrani langsung berkembang ke seluruh tanah air, seperti di Surabaya dan sebagainya,” katanya.

Dan yang paling berkesan, Syaykh dan Umi Farida Al-Widad (istri Syaykh) selalu rajin duduk setengah jam lebih dahulu dari dirinya. ”Sudah hadir mereka di situ sebelum saya hadir. Menjadi contoh yang luar biasa. Jadi saya mengucap syukur kepada Syaykh dan ibu karena hubungan yang begitu benar terjadi. Tidak ada menghalangi semua. Benar-benar kita semua satu bangsa, bahasa dan satu ciptaan Tuhan. Saya mengucap syukur dan berterimakasih kepada semua teman-teman di sini karena tidak ada hambatan apa pun saya alami di sini, betul-betul bersaudara. Percaya-mempercayai. Tidak ada dugaan-dugaan yang salah. Itulah yang saya lihat di sini. Semoga berkembang untuk masa mendatang,” kata Pendeta Dr. SM Siahaan. BI/san (Berita Indonesia 82)

Sampingan 23 NOV

Mahad Al Zaytun ; Surat Pembaca : Satu Penghasut Ribuan Pembela Berdatangan

Di saat Al-Zaytun tengah di kaitkan dengan gerakan NII KW9 oleh banayk media, hingga pemberitaan itu menggiring opini masyarakat bahwa Pesantren ini mengajarkan aliran sesat, selaku wali Santri saya tidak terpengaruh dengan pemberitaan itu bahkan meyakini pasti ada sekelompok orang yang akan rela menjadi pembelanya.

Keyakinan saya terbukti benar, suatu ketika saya membaca Majalah Al-Zaytun Edisi 58 di situ mengulas tentang kunjungan Menteri Agama Suryadharma Ali, ke Al-Zaytun.
Pak Menteri mengatakan bahwa Al-Zaytun yang terbaik dari lembaga pendidikan yang pernah dilihat di dalam negeri maupun luar negeri. Ungkapan itu bisa dibilang merupakan pembelaan.

Saya katakan pembelaan, karena statment beliau setidaknya mencegah dampak buruk dari isu negatif yang dilontarkan oleh para pendengki Al-Zaytun. Sedangkan pelaku tidak merasa berdosa, mereka terus saja mengumbar emosinya tanpa berfikir masa depan santri yang tengah menimba ilmu disana. Coba bayangkan, bagaiamana efek dari pemberitaan tersebut terhadap alumninya? Misalkan, kelak mereka akan mencari pekerjaan atau melanjutkan ke perguruan tinggi, bisa saja mereka kesulitan, karena asumsi masyarakat sudah terlanjur buruk terhadap almameternya. Padahal intitusi itu tengah berjuan untuk menghantarkan kader bangsa ini agar mampu hidup di zamannya. Untuk itu saya berterimakasih kepada Pak Menteri Suryadharma Ali atas pembelaannya.

Yang kedua, saya dengar informasi dari seorang Ustadz di Al-Zaytun bahwa Pak Menteri Agama kembali berkunjung ke Al-Zaytun, tetapi kali ini berbeda dengan kedatangan sebelumnya. Kunjungan kedua itu, justeru mengutarakan kesalutan terhadap pemikiran Syaykh Panji Gumilang selaku pucuk Pimpinan Ma’had Al-Zaytun. Selain itu, kedatangannya juga berniat mengadakan Halaqah (Pertemuan Para Ulama) yang rencananya diselenggarakan di komplek Al-Zaytun.

Saya bangga mendengar agenda besar yang diprakarsai Departemen Agama itu. Pasalnya, Al-Zaytun akan di datangi berbagai ulama yang notabene sebagai pembina umat. Bila satu ulama saja mewakili ribuan ummat bahkan jutaan ummat, bisa dibayangkan berapa banyak orang akan berbalik menjadi sepaham sebagaimana Pak Menteri yang memberikan dukungannya. Pertolongan Yang Maha Tinggi memang selalu ada bagi hamba yang menghendaki. Disaat segelintir orang tengah mencaci keberadaannya, tak sedikit pula orang menjadi pembela. Paling tidak itulah yang selalu saya yakini dan mudah-mudahan benar adanya, amin-amin ya robbal alamin.

Pengirim : Ny. Puji Mulyati
Tinggal di Karang Sembung, Cilacap, Jawa Tengah.

Mahad Al-Zaytun Indonesia Worpress.com : Satu Penghasut Ribuan Pembela Berdatangan

9JUL

Mahad Al Zaytun ; Surat Pembaca : Satu Penghasut Ribuan Pembela Berdatangan

Di saat Al-Zaytun tengah di kaitkan dengan gerakan NII KW9 oleh banayk media, hingga pemberitaan itu menggiring opini masyarakat bahwa Pesantren ini mengajarkan aliran sesat, selaku wali Santri saya tidak terpengaruh dengan pemberitaan itu bahkan meyakini pasti ada sekelompok orang yang akan rela menjadi pembelanya.

Keyakinan saya terbukti benar, suatu ketika saya membaca Majalah Al-Zaytun Edisi 58 di situ mengulas tentang kunjungan Menteri Agama Suryadharma Ali, ke Al-Zaytun.
Pak Menteri mengatakan bahwa Al-Zaytun yang terbaik dari lembaga pendidikan yang pernah dilihat di dalam negeri maupun luar negeri. Ungkapan itu bisa dibilang merupakan pembelaan.

Saya katakan pembelaan, karena statment beliau setidaknya mencegah dampak buruk dari isu negatif yang dilontarkan oleh para pendengki Al-Zaytun. Sedangkan pelaku tidak merasa berdosa, mereka terus saja mengumbar emosinya tanpa berfikir masa depan santri yang tengah menimba ilmu disana. Coba bayangkan, bagaiamana efek dari pemberitaan tersebut terhadap alumninya? Misalkan, kelak mereka akan mencari pekerjaan atau melanjutkan ke perguruan tinggi, bisa saja mereka kesulitan, karena asumsi masyarakat sudah terlanjur buruk terhadap almameternya. Padahal intitusi itu tengah berjuan untuk menghantarkan kader bangsa ini agar mampu hidup di zamannya. Untuk itu saya berterimakasih kepada Pak Menteri Suryadharma Ali atas pembelaannya.

Yang kedua, saya dengar informasi dari seorang Ustadz di Al-Zaytun bahwa Pak Menteri Agama kembali berkunjung ke Al-Zaytun, tetapi kali ini berbeda dengan kedatangan sebelumnya. Kunjungan kedua itu, justeru mengutarakan kesalutan terhadap pemikiran Syaykh Panji Gumilang selaku pucuk Pimpinan Ma’had Al-Zaytun. Selain itu, kedatangannya juga berniat mengadakan Halaqah (Pertemuan Para Ulama) yang rencananya diselenggarakan di komplek Al-Zaytun.

Saya bangga mendengar agenda besar yang diprakarsai Departemen Agama itu. Pasalnya, Al-Zaytun akan di datangi berbagai ulama yang notabene sebagai pembina umat. Bila satu ulama saja mewakili ribuan ummat bahkan jutaan ummat, bisa dibayangkan berapa banyak orang akan berbalik menjadi sepaham sebagaimana Pak Menteri yang memberikan dukungannya. Pertolongan Yang Maha Tinggi memang selalu ada bagi hamba yang menghendaki. Disaat segelintir orang tengah mencaci keberadaannya, tak sedikit pula orang menjadi pembela. Paling tidak itulah yang selalu saya yakini dan mudah-mudahan benar adanya, amin-amin ya robbal alamin.

Pengirim : Ny. Puji Mulyati
Tinggal di Karang Sembung, Cilacap, Jawa Tengah.

Ma’had Al-Zaytun Indonesia WordPress.com : Visi dan Misi Ma’had Al-Zaytun

9JUL

masjid-al-hayat.jpg

Ma’had Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Al-Zaytun (Ma’had Al-Zaytun), bermeteraikan dengan visi dan misi sebagai Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian.

Di setiap pintu masuk Pondok Pesantren ini terpampang serangkaian kalimat tersebut. Kalimat yang menghadirkan kejernihan pikiran dan perasaan tertera bagi setiap orang yang datang.

Sekaligus sebagai undangan terbuka bahwa kampus ini terbuka untuk di kunjungi semua kalangan baik dari kalangan agama, bangsa, suku maupun golongan.Kata Zaytun itu sendiri adalah nama sebuah pohon yang umurnya terpanjang di dunia. Pohon ini sering di pakai sebagai simbol perdamaian.

Hello world!

30JUN

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!